Seruan Global untuk Bumi yang Bebas Plastik
Setiap tanggal 5 Juni, dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) sebagai momentum untuk menyoroti isu-isu lingkungan paling mendesak. Di tahun 2025, tema yang diangkat adalah “Hentikan Polusi Plastik” (Stop Plastic Pollution)—sebuah panggilan yang semakin relevan di tengah meningkatnya volume sampah plastik global yang mencemari lautan, sungai, tanah, bahkan udara.
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dan penghasil sampah plastik terbesar kedua secara global, memegang peran penting dalam agenda ini. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun menetapkan berbagai langkah konkret untuk mendukung target nasional pengelolaan sampah, sejalan dengan komitmen global menuju planet yang bersih dan berkelanjutan.
Plastik: Ancaman Nyata bagi Alam dan Kehidupan
Plastik telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Namun, penggunaan yang tidak terkendali dan sistem pengelolaan sampah yang belum optimal membuat plastik berubah menjadi ancaman besar bagi lingkungan. Menurut data UNEP, sekitar 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun secara global, dan lebih dari 50% di antaranya adalah plastik sekali pakai.
Sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, dan selama itu, ia akan mencemari lingkungan, membunuh biota laut, masuk ke rantai makanan, hingga berdampak pada kesehatan manusia. Di Indonesia sendiri, lebih dari 3 juta ton plastik diperkirakan mencemari perairan setiap tahunnya. Kondisi ini menjadi peringatan serius bahwa krisis plastik adalah krisis yang mendesak untuk ditangani bersama.
Fokus Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025: Kolaborasi Global dan Tindakan Nyata
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 tidak hanya sekadar simbolis. Di bawah koordinasi Program Lingkungan PBB (UNEP), kampanye ini mengajak negara-negara, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk:
- Mengurangi produksi dan konsumsi plastik sekali pakai
- Mendorong inovasi pengganti plastik berbahan ramah lingkungan
- Memperkuat sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan
- Melibatkan masyarakat dalam aksi bersih lingkungan
- Membangun kemitraan lintas negara dan sektor
Tema “Stop Plastic Pollution” menekankan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang dilakukan secara kolektif. Dari kebijakan pemerintah, praktik industri, hingga gaya hidup sehari-hari, setiap pihak memiliki tanggung jawab untuk menjadi bagian dari solusi.
Target Nasional Indonesia: 100% Pengelolaan Sampah pada 2025
Sebagai bagian dari komitmen global, Indonesia telah menargetkan 100% pengelolaan sampah pada tahun 2025. Target ini mencakup pengurangan timbulan sampah plastik hingga 30% dan penanganan sampah secara tuntas hingga 70%. Pemerintah melalui KLHK terus mendorong penerapan ekonomi sirkular, bank sampah, pelibatan produsen dalam tanggung jawab pengelolaan pascaproduksi, serta inovasi teknologi daur ulang.
Program-program seperti Gerakan Indonesia Bersih, Jakstranas (Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga), dan Plastic Waste Reduction Partnerships juga menjadi bagian dari pilar utama strategi nasional. Namun, kunci keberhasilan tetap terletak pada partisipasi aktif masyarakat luas dan kemauan politik yang konsisten.

https://www.pexels.com/photo/selective-focus-photo-of-green-plant-seedling-on-tree-trunk-1151418/
Dampak Polusi Plastik terhadap Lingkungan, Sosial, dan Budaya
1. Dampak Lingkungan
Plastik mengancam keanekaragaman hayati di laut dan darat. Hewan-hewan seperti penyu, burung laut, hingga paus sering ditemukan mati karena menelan plastik atau terjerat sampah. Mikroplastik juga mencemari air minum dan tanah pertanian, yang bisa berdampak pada hasil pertanian dan kesehatan ekosistem jangka panjang.
2. Dampak Sosial
Di banyak daerah pesisir Indonesia, nelayan merasakan penurunan hasil tangkapan karena ekosistem laut yang rusak akibat polusi plastik. Selain itu, pengelolaan sampah yang buruk menimbulkan masalah sanitasi, penyebaran penyakit, dan beban ekonomi bagi masyarakat bawah.
3. Dampak Budaya
Indonesia dikenal dengan budaya gotong royong dan kesakralan terhadap alam. Namun, budaya konsumtif modern dan penggunaan plastik secara masif berisiko mengikis nilai-nilai ini. Pengabaian terhadap lingkungan juga bisa berdampak pada pariwisata berbasis budaya dan alam, seperti di Bali, Raja Ampat, dan Labuan Bajo.
Ayo Bertindak, Bumi Tidak Bisa Menunggu
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 menjadi momen refleksi sekaligus ajakan untuk bertindak. Krisis plastik bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga masalah sosial dan kemanusiaan. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kepentingan strategis untuk menjadi pionir dalam penanggulangan polusi plastik, demi melindungi laut, tanah, dan masa depan generasi mendatang.
Dari kebijakan tingkat nasional hingga aksi kecil seperti membawa tas belanja sendiri, menolak sedotan plastik, dan memilah sampah rumah tangga—setiap langkah berarti. Dunia sedang bergerak, dan Indonesia tidak boleh tertinggal dalam misi menyelamatkan bumi dari bencana plastik. Mari jadikan 5 Juni 2025 bukan sekadar peringatan, tapi titik awal dari perubahan nyata. Hentikan polusi plastik, mulai hari ini.
Baca Artikel lainnya: Apa itu NOx? Bahaya, Sumber, dan Dampaknya di Tingkat Global