Pengelolaan Emisi Metana di Migas dan Tambang

Okt 4, 2025

Pendahuluan

Gas metana (CH₄) merupakan salah satu kontributor paling kuat terhadap pemanasan global. Efek rumah kacanya lebih besar dibanding karbon dioksida dalam jangka pendek. Sementara sektor industri migas dan tambang batubara menjadi sumber emisi metana signifikan. Banyak kebocoran dan ventilasi belum tertangani optimal. Dalam upaya mencapai komitmen pengurangan emisi nasional dan target net zero, pengelolaan metana di sektor-sektor ini menjadi sangat krusial. Artikel ini menguraikan pentingnya pemantauan metana serta tantangan dan teknologi yang tersedia. Selain itu, dibahas strategi efektif mengurangi emisi metana di migas dan tambang.

Emisi Metana sebagai Salah Satu Kontributor Utama Perubahan Iklim

Metana adalah gas rumah kaca yang meskipun tidak berada di atmosfer dalam konsentrasi sebesar CO₂, namun memiliki potensi pemanasan global (GWP) jauh lebih tinggi dalam jangka waktu dua dekade dibanding karbon dioksida. Kelebihannya ini membuat setiap ton metana yang dilepaskan memiliki dampak pemanasan yang lebih besar dibanding pelepasan setara CO₂ dalam periode pendek.

Di sektor energi, metana muncul dalam rantai nilai migas — mulai dari sumur, pipa, stasiun kompresi, hingga distribusi — melalui aktivitas seperti venting (pelepasan langsung), flaring (pembakaran), dan kebocoran tak terdeteksi (fugitive emissions). Sedangkan di sektor tambang, terutama tambang batubara, metana bisa muncul dari batu bara itu sendiri sebagai gas metana batubara (coal mine methane) yang terperangkap di dalam pori atau rekahan batuan.

Karena potensi dampaknya yang sangat tinggi, pengendalian emisi metana menjadi salah satu langkah prioritas global dalam mitigasi perubahan iklim.

Pentingnya Pengelolaan Emisi Metana di Migas dan Tambang Batubara

Sektor Migas

Di industri migas, metana sering dilepaskan saat produksi, pemrosesan, dan distribusi gas alam. Tanpa sistem deteksi dan kontrol kebocoran yang baik, banyak potensi emisi metana yang terbuang percuma. Pengelolaan metana di sektor ini tidak hanya berdampak positif pada lingkungan tetapi juga bisa meningkatkan efisiensi operasional — karena metana yang bocor sebenarnya adalah gas bernilai yang bisa dimanfaatkan kembali.

Sektor Tambang Batubara

Tambang batubara menyimpan potensi metana yang tinggi terutama di tambang bawah tanah. Sebelum penambangan dimulai, metana dapat dilepaskan melalui degassing atau pengurasan gas dari lapisan batu bara (pratambang) agar ruang tambang lebih aman. Teknologi ventilasi udara metana (Ventilation Air Methane / VAM) juga digunakan untuk menangkap metana dari sistem ventilasi tambang. Bila tidak dikelola, metana tambang dapat dilepaskan ke atmosfer dan memperburuk jejak karbon industri pertambangan.

Dalam konteks Indonesia, studi menunjukkan bahwa secara teknis sekitar 26% emisi metana dari sektor tambang batubara dapat dikurangi melalui teknologi yang telah ada, seperti drainase pratambang dan VAM.

Teknologi dan Tantangan untuk Mengurangi Emisi Metana

Teknologi Mitigasi Metana

1. LDAR (Leak Detection and Repair)
Deteksi dan perbaikan kebocoran secara berkala pada pipa, katup, dan sambungan untuk meminimalkan emisi tak terduga.

2. Drainase Pratambang & VAM
Untuk tambang, sistem drainase pra-penambangan dapat mengeluarkan metana sebelum aktivitas utama. VAM menangkap metana dari ventilasi dan mengolahnya agar tidak dilepas langsung ke udara.

3. Teknologi Sensor & Detektor
Penggunaan sensor inframerah, teknologi infrared gas detection, dan sistem otomatis untuk deteksi dini kebocoran metana membantu mendeteksi emisi yang sulit dilihat.

4. Utilisasi & Pemanfaatan Metana
Gas metana yang ditangkap dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik atau kembali diinjeksikan ke sistem pemrosesan gas, alih-alih dibakar atau dilepaskan.

5. Peningkatan Metodologi Inventarisasi
Mengadaptasi faktor emisi lokal yang sesuai kondisi tambang dan operasi migas agar perhitungan emisi menjadi lebih akurat dan relevan.

Tantangan dalam Implementasi

  • Kebutuhan investasi tinggi: Teknologi mitigasi dan sensor memerlukan investasi awal yang besar dan perilaku operasional baru.
  • Kurangnya data dan pengukuran langsung: Banyak operasi masih menggunakan estimasi global daripada pengukuran langsung spesifik ke lokasi.
  • Ketidaksiapan regulasi dan insentif: Tanpa regulasi yang mendukung dan skema insentif yang menarik, perusahaan mungkin enggan investasi mitigasi.
  • Keterbatasan kapasitas teknis dan sumber daya manusia: Perlu pelatihan dan transfer teknologi agar implementasi mitigasi efektif.

industrial crusher machine

https://elements.envato.com/industrial-crusher-rock-stone-crushing-machine-9MLRGVJ

Strategi Operasional: Jaringan, Pasokan & Gas Swap

Salah satu strategi lanjutan dalam pengelolaan metana, khususnya di sektor energi, adalah optimalisasi jaringan pasokan dan skema gas swap. Misalnya, gas dari daerah dengan kelebihan produksi dapat dialihkan ke wilayah berpermintaan tinggi. Langkah ini mengurangi tekanan jaringan gas dan meningkatkan kontrol kebocoran.

Dalam konteks Indonesia, ide gas swap dari daerah seperti Natuna dapat menyediakan pasokan alternatif yang stabil dan mengurangi beban fluktuasi produksi. Dengan demikian, selain mengurangi emisi metana, pendekatan ini juga mendukung efisiensi pasokan gas nasional dan memperkuat ketahanan energi.

Penutup

Pengelolaan emisi metana di sektor migas dan tambang adalah langkah strategis yang tidak bisa diabaikan. Dengan potensi pemanasan yang tinggi, metana harus ditangani bukan dengan perlahan, tetapi dengan pendekatan teknologi kolaboratif dan kebijakan yang mendukung.

Melalui penerapan teknologi mitigasi, strategi pengoptimalan jaringan dan gas swap, serta regulasi yang tepat, Indonesia memiliki peluang untuk mengurangi emisi metana secara signifikan. Hal ini akan memperkuat upaya mitigasi iklim nasional. Selain itu, langkah tersebut meningkatkan kredibilitas industri migas dan tambang dalam transisi energi.

Baca Artikel lainnya: Apa itu Emisi? Dari Gas Rumah Kaca hingga Polutan Udara