Menteri ESDM: Emisi Gas Rumah Kaca 2024 Turun 147 Juta Ton

Mar 20, 2025

Pendahuluan

Dalam upaya mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060, Indonesia terus menerapkan kebijakan strategis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan bahwa pada 2024, emisi GRK berhasil ditekan hingga 147 juta ton CO₂e. Capaian ini menjadi langkah besar dalam transisi energi berkelanjutan serta komitmen Indonesia terhadap perubahan iklim.

Penurunan emisi ini berdampak positif pada lingkungan dan industri, mendorong kebijakan energi hijau serta adaptasi teknologi rendah karbon. Artikel ini membahas peran GRK dalam target NZE 2060, pencapaian target 2024, faktor pendukung, serta tren global yang menunjukkan perbedaan arah antara Indonesia dan dunia.

Peran Emisi Gas Rumah Kaca dalam Target Net Zero Emission 2060

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengurangi emisi tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi. Komitmen NZE 2060 sejalan dengan Kesepakatan Paris untuk menekan kenaikan suhu global di bawah 1,5°C.

GRK berasal dari sektor energi, industri, transportasi, dan kehutanan. Pemerintah menerapkan strategi dekarbonisasi, termasuk transisi energi terbarukan, efisiensi energi, serta rehabilitasi hutan dan teknologi carbon capture.

Target Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di 2024

Pemerintah menargetkan pengurangan emisi 146,7 juta ton CO₂e di 2024 melalui:

  • Pengurangan batu bara dalam pembangkit listrik dengan energi terbarukan.
  • Peningkatan kendaraan listrik melalui insentif dan infrastruktur.
  • Teknologi rendah karbon di industri.
  • Konservasi hutan dan restorasi gambut untuk penyerapan karbon.

Pada akhir 2024, Menteri ESDM melaporkan bahwa emisi GRK berhasil dikurangi sebesar 147 juta ton, melebihi target awal.

Faktor-Faktor Pendukung Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Keberhasilan ini didukung oleh:

1. Transisi Energi Terbarukan

  • Pembangkit listrik tenaga surya dan bayu.
  • Co-firing pada PLTU untuk mengurangi batu bara.

2. Pengembangan Kendaraan Listrik

  • Infrastruktur dan insentif kendaraan listrik.

3. Regulasi dan Kebijakan Pemerintah

  • Pajak karbon dan perdagangan karbon.

4. Kesadaran Masyarakat dan Dunia Usaha

  • Konsumsi energi efisien dan penerapan ESG di industri.
city building under white clouds

https://www.pexels.com/photo/city-buildings-under-white-clouds-3796993/

Laporan Global Carbon Budget 2024: Tren Global vs Indonesia

Menurut Global Carbon Budget 2024, emisi karbon global mencapai puncaknya tahun ini, sementara Indonesia menunjukkan tren penurunan. Faktor pembeda Indonesia:

  • Investasi energi terbarukan menggantikan bahan bakar fosil.
  • Pengurangan konsumsi batu bara di sektor pembangkit listrik.
  • Kebijakan pajak dan insentif yang agresif.
  • Restorasi hutan dan gambut sebagai penyerap karbon alami.

Tren ini memberi optimisme bahwa Indonesia dapat mencapai NZE lebih cepat dari perkiraan.

Kesimpulan

Penurunan emisi GRK sebesar 147 juta ton di 2024 menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam mencapai NZE 2060. Dengan kebijakan yang tepat, transisi energi, dan kesadaran masyarakat, Indonesia membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan dapat berjalan bersamaan.

Tantangan tetap ada, seperti infrastruktur energi bersih dan edukasi masyarakat. Namun, tren positif ini menjadikan Indonesia contoh bagi negara berkembang dalam transisi energi berkelanjutan.

Ke depan, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci untuk mempertahankan momentum ini, menuju masa depan rendah karbon yang lebih baik.

Baca Artikel lainnya: Bidik Target NZE 2060, Perencanaan Energi Pegang Peranan Penting