Strategi Iklim Indonesia Menuju COP 30

Okt 8, 2025

Pendahuluan

Konferensi Para Pihak ke-30 (COP 30) menjadi ajang krusial dalam diplomasi iklim global, dan Indonesia memegang posisi strategis sebagai salah satu negara besar dengan tantangan perubahan iklim nyata. Dalam rangka menyambut dan berperan aktif di COP 30, Indonesia merancang strategi iklim nasional terintegrasi. Strategi ini mencakup pengurangan emisi, transisi energi, dan penguatan komitmen dalam kerangka NDC. Dengan landasan itu, strategi iklim nasional diharapkan tidak hanya menjawab tantangan internasional, tetapi juga memperkuat pembangunan nasional berkelanjutan.

Penjelasan COP 30 dan Peran Strategis Indonesia

COP 30 adalah pertemuan negara-negara di bawah kerangka Persetujuan Paris. Pertemuan ini meninjau kemajuan mitigasi iklim global dan menetapkan target baru. Sebagai negara kepulauan dengan kerentanan tinggi terhadap dampak perubahan iklim—seperti naiknya permukaan laut, ekstrim cuaca, dan degradiasi lahan—Indonesia dipandang memiliki peran diplomatik dan simbolik penting. Dalam forum ini, Indonesia tidak hanya menjadi peserta pasif, tetapi juga menyuarakan kepentingan negara berkembang. Indonesia menegaskan komitmen iklimnya agar sejalan dengan kepentingan sosial, ekonomi, dan lingkungan domestik.

Komitmen Pengurangan Emisi & Transisi Energi

Untuk mempersiapkan diri di COP 30, Indonesia menegaskan komitmen dalam pengurangan emisi dan transisi energi sebagai pilar utama strateginya. Dalam kerangka NDC, Indonesia menetapkan target pengurangan emisi—baik secara tidak bersyarat maupun bersyarat—yang menjadi landasan bagi langkah-langkah iklim nasional. Transisi energi menjadi bagian integral dari strategi ini, dengan pergeseran dari bahan bakar fosil menuju pembangkit listrik terbarukan, efisiensi energi, serta adopsi teknologi rendah karbon.

Upaya Indonesia dalam Memenuhi Target NDC, Energi Terbarukan, dan Pengurangan Emisi

Indonesia telah memperkuat target NDC-nya dengan menyesuaikan persentase pengurangan emisi berdasarkan skenario bisnis seperti biasa dan skenario mitigasi. Untuk mendukung target itu, negara menargetkan peningkatan proporsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional, misalnya dengan memperluas kapasitas pembangkit tenaga surya, panas bumi, air, dan tenaga angin. Selain itu, Indonesia juga melakukan reformasi kebijakan, insentif teknologi hijau, dan skema pasar karbon sebagai instrumen untuk memperkuat implementasi pengurangan emisi.

Dalam sektor kehutanan dan penggunaan lahan (FOLU), Indonesia menerapkan program restorasi gambut, pengendalian deforestasi, dan pemulihan lahan kritis sebagai bagian dari mitigasi emisi. Semua langkah ini diarahkan untuk menjadikan FOLU sebagai penyerap karbon (sink) bagi negara.

indonesia jelang cop 30 siap pimpin agenda iklim global

https://kemenlh.go.id/news/detail/wamen-lh-tegaskan-posisi-indonesia-jelang-cop-30-harus-siap-pimpin-agenda-iklim-global

Dampak & Manfaat bagi Pembangunan Nasional

Strategi iklim yang menyeluruh bukan hanya soal memenuhi kewajiban internasional, tetapi juga memiliki dampak positif dalam pembangunan nasional. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh antara lain:

  • Peningkatan investasi hijau: Komitmen iklim yang kredibel dapat menarik investor dalam proyek energi bersih dan infrastruktur ramah lingkungan.
  • Penciptaan lapangan kerja baru di sektor teknologi terbarukan, efisiensi energi, dan rehabilitasi ekosistem.
  • Ketahanan energi: Dengan diversifikasi dan transisi energi, risiko ketergantungan pada impor bahan bakar fosil bisa ditekan.
  • Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan: Transformasi industri menuju rendah karbon dapat mendorong inovasi dan nilai tambah di berbagai sektor.
  • Perbaikan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, karena pengurangan emisi berarti lebih sedikit polusi udara dan dampak negatif terkait kesehatan.

Penutup

Menghadapi COP 30, strategi iklim Indonesia harus solid, ambisius, dan implementatif. Dengan mengintegrasikan pengurangan emisi, transisi energi, dan target NDC ke dalam kebijakan nasional, Indonesia memperkuat posisinya. Negara ini tidak hanya patuh pada agenda iklim global, tetapi juga memimpin transformasi pembangunan berkelanjutan.

Keterpaduan antara diplomasi iklim dan aksi nyata di sektor dalam negeri menjadi kunci agar strategi ini tidak sekadar janji, melainkan langkah nyata menuju masa depan rendah karbon. Dalam konteks ini, COP 30 bukan hanya ajang diplomasi — tetapi momen penting untuk membuktikan kesiapan Indonesia menghadapi tantangan iklim global.

Baca Artikel lainnya: Kenali Sumber Energi Bersih, Strategi Pemerintah Tekan Emisi